Senin, 15 Juni 2009

Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi: Lima Pendekatan

Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi: Lima Pendekatan
1.Teori Tahapan Linier (linear-stages-of-growth models); 
2.Model Perubahan Struktural (the structural change theories and patterns); 
3Revolusi Ketergantungan Internasional (internationaldependence revolution); 
4.Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik (neoclassical free-market counterrevolution); 
5.Teori Pertumbuhan yang Baru (new or endogenous theory of economic growth)theory of economic . 
Dekade 1950-an dan 1960-an
nPara teorisi cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan. 
Pandangan ini merupakan suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai paduan dan kuantitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan asing dalam jumlah yang tepat . 
nKesemuanya itu harus sedapat mungkin diupayakan serta diadakan oleh negara-negara Dunia Ketiga agar mereka juga dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang maju. 
nDengan demikian, pembangunan itu diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat
Dekade 1970-an
Pendekatan tahapan-linier tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi, yang sesungguhnya lebih berbau ideologis daripada akademis. 
nAliran pemikiran yang pertama menitikberatkan pada teori dan pola perubahan.
nAliran pemikiran yang keduaadalah revolusi ketergantungan internasional. 
Aliran Pemikiran yang Pertama
nmenggunakan teori-teori ekonomi modern dan analisis statistik guna melukiskan proses struktural
internal yang harus dialami oleh negara-negara berkembang agar mampu dan berhasil menciptakan 
serta sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang cepat. 
Aliran Pemikiran yang Kedua
nBersifat radikal dan lebih berorientasi politik. 
Memandang keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan 
kekuasaan internasional yang tidak adil. 
nPerhatian utama teori ini ditujukan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan 
kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih bervariasi, dan mengurangi 
ketimpangan distribusi pendapatan. 
nTeori ini cenderung menyangsikan bahwasanya pertumbuhan ekonomi akan dapat diraih melalui 
cara-cara yang dianjurkan secara gencar oleh model-model pertumbuhan bertahap linier maupun teori
teori perubahan struktural.
Dekade 1980-an
nKontrarevolusi neoklasik (seringkali disebut neoliberal) 
nmenekankan pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas, perekonomian 
terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau negara yang kebanyakan 
memang tidak efisien dan boros. 
nMenurut teori ini, kegagalan pembangunan tidak disebabkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal 
maupun internal sebagaimana diyakini oleh para tokoh teorisi ketergantungan, melainkan diakibatkan 
oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional.
Akhir 1980-an dan Awal 1990-an
nTeori baru pertumbuhan ekonomi. 
nTeori ini mencoba memodifikasikan dan mengembangkan teori pertumbuhan tradisional 
sedemikian rupa sehingga ia dapat menjelaskan mengapa ada sebagian negara yang mampu 
berkembang begitu cepat sedangkan yang lain begitu sulit atau bahkan mengalami stagnasi (kemacetan).
nTeori baru ini juga bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik seperti pasar
bebas dan otonomi sektor swasta begitu gencar didengungkan, tetapi peranan pemerintah dalam 
keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar.
Teori Tahapan Linier
Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow.
Model Pertumbuhan Harrod-Domar.
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada: 
Beberapa Kritik Terhadap Model Pembangunan Bertahap.
Rostow: Stages-of-growth-models of development 
(Model-model pembangunan pertumbuhan bertahap)
Menurut Rostow, dalam proses pembangunannya, suatu negara akan melalui beberapa tahapan yang 
utama sebagai berikut:
tahapan tradisional, dengan pendapatan per kapita yang rendah dan kegiatan ekonomi yang stagnan; 
2.tahapan transisional, di mana tahap prakondisi bagi pertumbuhan dipersiapkan; 
3.tahapan lepas landas (ini merupakan permulaan bagi adanya prosespertumbuhan ekonomisecaraadanya proses pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan); 
4.tahapan awal menuju ke kematangan ekonomi; serta 
5.tahapan produksi dan konsumsi massal yang bersifat industri (inilah tahapan pembangunan atau development stage). 
Harrod-Domar growth model
(Model pertumbuhan Harrod-Domar)
nSebuah persamaan yang menunjukkan hubungan fungsional secara ekonomis antara berbagai variable pokok ekonomi. 
nPada intinya model ini menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (g) secara langsung tergantung 
pada tingkat tabungan nasional(s) dan sebaliknya akan menentukanrasio modal-output(k) sehingga
persamaannya adalah g = s/k. 
nPersamaan tersebut mengambil nama dari dua orang ekonom terkemuka, yakni Sir Roy Harrod dari Inggris 
dan E. V. Domar dari Amerika Serikat.
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada: Beberapa Kritik Terhadap Model 
Pembangunan Bertahap
nGagasan dasar tentang pembangunan yang terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap
tersebut di atas tidak selalu berlaku. 
nAlasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan investasi tidak lagi merupakan 
syarat penting (necessary condition) bagi pemacuan pertumbuhan ekonomi, 
nakan tetapi karena dalam kenyataannya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu saja 
belumlah syarat cukup (sufficient condition) untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Necessary Condition(Syarat Perlu)
nSyarat yang diperlukan demi terjadinya suatu peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak 
disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa tidak terjadi. 
nSebagai contoh, pembentukan modal (capital)merupakan syarat perlu guna menunjang 
pertumbuhan ekonomi(sebelum pertumbuhan output terjadi, harus ada alatnya dahulu untuk 
menghasilkan output tersebut). 
nAkan tetapi, agar pertumbuhan tersebut bisa berlangsung secara berkesinambungan, maka 
harus ada pula perubahan sosial kelembagaan dansikap yang bersifat menunjang.
Sufficient Condition (Syarat Cukup)
nSuatu kondisi atau syarat yang harus dipenuhi guna memungkinkan sesuatu hal bisa terjadi. 
nSebagai contoh, menjadi mahasiswa dari sebuah universitas tertentu merupakan syarat cukup untuk
menerima pinjaman dana dari Program Kredit Mahasiswa. 
nModel pembangunan Rostow dan Harrod-Domar secara implisit ternyata mengasumsikan adanya
sikap-sikap dan pengaturan yang sama di negara-negara terbelakang. 
nAkan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di negara-negara Dunia Ketiga. 
Negara negara tersebut masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang paling penting 
seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan 
pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dsb.
Teori teori pertumbuhan bertahap boleh dikatakan telah gagal total dalam memperhitungkan pelbagai 
kenyataan penting lainnya.
nNegara-negara Dunia Ketiga sekarang ini merupakan bagian integral dari suatu sistem internasional yang 
sedemikian rumit dan integratif, sehingga strategi-strategi pembangunan yang paling hebat dan
terencana secara matang sekalipun dapat dimentahkan begitu saja oleh kekuatan-kekuatan
asing yang keberadaan dan sepak-terjangnya sama sekali di luar kendali negara-negara yang bersangkutan.
nMaka muncullah pendekatan yang lebih baru dan radikal yang mencoba mengkombinasikan faktor-
faktor ekonomi dan institusional ke dalam suatu model sistem baru mengenai kemajuan dan 
keterbelakangan internasional. nPendekatan itu selanjutnya disebut sebagai paradigma ketergantungan internasional.
2. Model Perubahan Struktural
nMekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang 
untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri
mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional 
ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke 
kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor 
i d t i
f ktd
ktjj
t
hindustri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tanggu . 
nModel perubahan struktural tersebut dalam analisisnya 
menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-
konsep harga dan alokasi sumber daya serta metode metode
ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. 
nAliran pendekatan perubahan struktural ini didukung oleh 
ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur
Lewis yang termasyur dengan model teoretisnya tentang 
"surplus tenaga kerja dua sektor" (two sector surplus labor) dan 
Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis 
i i
t t
" l
l
b
" (tt
f
empirisnya tentang "pola-pola pembangunan" (patterns o  
development).
www.dadangsolihin.com
17
d l
b h
S
k
l
nTeori Pembangunan Lewis:
Transformasi struktural (structural transformation)
– Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model) 
nPerubahan Struktural dan Pola-pola Pembangunan.
nKesimpulan-kesimpulan dan Implikasinya.
www.dadangsolihin.com
18
Structural Transformation
(Transformasi Struktural)
nProses pengubahan struktur industri dari suatu 
perekonomian agar kontribusi sektor manufaktur
terhadap pendapatan nasional (national income)
lebih tinggi daripada sektor pertanian. 
nDapat juga diartikan sebagai perubahan komposisi 
industri dalam perekonomian. 
nMisalnya:primary sector, secondary sector, dan
tertiary industrial sector.
www.dadangsolihin.com
19
Lewis Two-Sector Mmodel
(Model dua-sektor Lewis)
Teori pembangunan yang menyatakan bahwa jika 
surplus tenaga kerja (surplus labor)dari sektor
pertanian tradisional bisa dialihkan ke sektor industri 
modern yang daya serap tenaga kerjanya semakin 
tinggi, maka hal itu akan mempromosikan 
industrialisasi dan dengan sendirinya akan memacu 
adanya pembangunan secara berkesinambungan.
www.dadangsolihin.com
20
 
3 Revolusi Ketergantungan Internasional
(international dependence revolution)
nModel Ketergantungan Neokolonial.
M d l P
di
P l
n
nTesis Pembangunan Dualistik.
www.dadangsolihin.com
21
Model Ketergantungan Neokolonial
(Neocolonial dependence model)
Suatu model yang dalil utamanya menyatakan bahwa 
terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangandi 
negara-negara Dunia Ketigadisebabkan oleh aneka 
kebijakan ekonomi sosial politik dan bahkan
budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-
negara maju terhadap negara-negara berkembang, 
hi
tid k b h
k tik
k
memperlakukan wilayah jajahannya di masa 
sebelumnya.
www.dadangsolihin.com
22
Model Paradigma Palsu
(False-paradigm model of underemployment)
nBahwa negara-negara Dunia Ketiga telah gagal 
mencapai kemajuan yang cukup berarti karena
strategi pembangunan mereka (biasanya disarankan 
oleh pakar ekonomi Barat) didasarkan pada model-
d l
b
"
k li "
j ltid kmodel pembangunan "yang keliru" yang jelas tida  
cocok dengan kebutuhan mereka yang mendasar. 
nModel pembangunan yang selama ini telah mereka
terapkan terlalu menekankan pada akumulasi kapital 
(capital accumulation)tanpa memberi perhatian 
k
d
l
t k
d ksecukupnya pada perlunya untuk mengada an 
perubahan-perubahan sosial dan kelembagaan.
www.dadangsolihin.com
23
Tesis Pembangunan Dualistik
nPandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua 
kelompok besar yakni negara-negara kaya dan
miskin. 
nDi negara-negara kaya memang masih ada sebagian 
penduduknya yang miskin dan sebaliknya di negara-
negara miskin pun ada segelintir penduduknya yang 
makmur sejahtera. 
nDualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang 
dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi 
pembangunan.g
nKonsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah 
yang kian lama terus melebar antara negara-negara 
kaya dan miskin serta di antara orang-orang kaya
dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. 
www.dadangsolihin.com
24
 
Pada dasarnya, konsep dualisme ini terdiri dari empat 
elemen kunci sebagai berikut:
1. Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada 
sejumlah elemen "superior" dan sekaligus elemen 
"inferior"inferior . 
2. Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang 
bersifat sementara atau transisional, melainkan. 
sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis. 
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-
masing elemen tersebut bukan hanya tidak
menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, 
melainkan bahkan cenderung meningkat. 
4 Hubungan saling keterkaitan antara elemen elemen
yang superior dengan elemen-elemen lainnya yang 
inferior tersebut terbentuk dan berlangsung 
sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-
elemen superior sangat sedikit atau sama sekali 
tidak membawa manfaat untuk meningkatkan 
ked d kan elemen elemen ang inferior
www.dadangsolihin.com
25
kedudukan elemen-elemen yang inferior. 
Dengan demikian apa yang disebut sebagai prinsipn
"penetesan kemakmuran ke bawah" (trickle down 
effect) itu sesungguhnya sulit diterima. 
nBahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen 
superior tersebut justru tidak jarang memanfaatkan, 
memanipulasi mengekploitasi ataupun menggencet
elemen-elemen yang inferior. 
nJadi, yang mereka kembangkan justru
keterbelakangannya.
www.dadangsolihin.com
26
4 Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik
(neoclassical free-market counterrevolution);
nTantangan bagi Pendekatan Statis
– Pasar Bebas
– Pilihan Rasional
– Ramah Terhadap Pasar
nTeori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional 
(‘lama’)
www.dadangsolihin.com
27
b
nKondisi keterbelakangan negara-negara berkembang 
bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi
sumber daya yang selama ini bertumpu pada 
kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak 
tepat dan adanya campur tangan pemerintah yang 
berlebihan.
www.dadangsolihin.com
28
 
nOleh karena itu, dengan membiarkan pasar bebas 
(free markets) hadir dan beroperasi secara penuh, ()pp
pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik 
pemerintah, promosi perdagangan bebas dan 
pengembangan ekspor, menarik para investasi asing gp ,p
(misalnya, investor dari negara-negara maju), serta 
pembatasan regulasi dan distorsi harga pada pasar 
input, pasar output maupun pasar keuangan, maka,
efisiensi serta pertumbuhan ekonomi akan terpacu 
secara lebih optimal. 
www.dadangsolihin.com
29
ilih
i
l
nBahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam 
urusan-urusan ekonomi selalu salah, sehingga setiap ,gg
bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi. 
nPandangan pedas ini bertolak dari asumsi dasar
yang meyakini bahwa sikap tindakan dan keputusan
para politisi, birokrat, warga negara biasa, apalagi 
pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari 
kepentingan-kepentingan mereka sendiri tidak peduli
apa konsekuensinya terhadap pihak lain. 
www.dadangsolihin.com
30
h
h d
nPendekatan ini mengakui adanya berbagai 
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar baik itu
pasar produk maupun pasar faktor, di negara-negara 
Dunia Ketiga, dan bahwa pemerintah memang perlu 
j l k
ktif d l
k
imenjalankan peran aktif dalam perekonom an, 
khususnya untuk mengoreksi pelbagai 
ketidaksempurnaan pasar itu. 
nYang ditekankan oleh pendekatan ini adalah, 
intervensi pemerintah itu haruslah bersifat 
"
l ktif" t
h t h d
(di
ik"nonselektif" atau ramah terhadap (disesuaikan 
dengan) mekanisme pasar. 
www.dadangsolihin.com
31
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (‘lama’) 
Traditional (Old) neoclassical growth theory
nModel pertumbuhan Robert Solow yang menyatakan 
bahwasanya ekuilibrium pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang itu sama dengan nol, dan 
pendapatan per kapita dari semua negara cenderung 
t
j di
bmerasa atau menjadi sama esarnya. 
nTeori ini sendiri bertolak dari konsep persaingan 
sempurna (perfect competition)dan prinsipskala
hasil (returns to scale)yang konstan. 
www.dadangsolihin.com
32
 
5 Teori Pertumbuhan yang Baru (new or
endogenous theory of economic growth).
Merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori 
pertumbuhan tradisional (traditional growth theory)yang
khusus dirancang untuk menjelaskan alasan mengapa 
ekuilibrium pertumbuhan ekonomi dalam jangka 
j
bi
itif db
i i di k l
negara, dan mengapa pula arus modal justru 
cenderung mengalir dari negara-negara miskin ke gggg
negara-negara maju yang tentunya lebih kaya, 
meskipun rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio)
di negara negara miskin tersebut masih rendah
www.dadangsolihin.com
33
Terima Kasih
www.dadangsolihin.com
34
Dadang holds a MA degree (Economics), University of 
Dadang Solihin’s Profile
y
Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research 
Data and Information at DPD Secretariat General as well as 
Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land 
Use Management at Indonesian National Development 
Planning Agency (Bappenas). 
Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-
Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as 
Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
He got various training around the globe, included Advanced International 
Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad 
City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, 
Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala 
Lumpur Malaysia (2003); Applied Policy Development Training Vancouver, 
Canada (2002); Local Government Administration Training Course, 
Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and Planning Training 
Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books ,pp,p()p
regarding local autonomous. 
You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.comor by 
his mobile at +62812 932 2202
www.dadangsolihin.com
35

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com